Monday, 26 October 2015

KEPAHLAWANAN AL-BARRA’ BIN MALIK DALAM PERANG MELAWAN MUSAILAMAH SANG NABI PALSU

“Jangan mengangkat al-Barra’ sebagai panglima tentara kaum muslimin, karena dikhawatirkan dia akan mencelakakan bala tentaranya karena keberaniannya.” (Umar bin al-Khatthab)
Seorang laki-laki dengan rambut kusut, badan berdebu, berperawakan kurus, tulang tubuhnya berbalur daging tipis, mata para pemandangnya melihat kepadanya dengan sulit, kemudian langsung berpaling darinya.
Sekalipun demikian, laki-laki ini pernah membunuh seratus orang musyrik sendirian duel di medan laga satu lawan satu, jumlah ini belum termasuk orang-orang yang dia habisi di medan perang.

Dia adalah laki-laki pemberani, bernyali besar dan bertekad baja, di mana al-Faruq menulis kepada para gubernurnya di seluruh wilayah kekuasaannya, “Jangan menyerahkan pasukan kaum muslimin kepadanya, aku khawatir dia akan mencelakakan mereka karena keberaniannya.”
Dia adalah al-Barra’ bin Malik al-Anshari, saudara Anas bin Malik, pelayan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam .
Kalau aku menyebutkan berita-berita kepahlawanan al-Barra’ bin Malik niscaya pembicaraan menjadi panjang dan kesempatan menjadi sempit, oleh karena itu aku memilih untuk menurunkan satu kisah dari kisah-kisah kepahlawananya. Satu kisah yang mengabarkan kisah-kisah yang lain kepada Anda.
Kisah ini berawal sejak saat-saat pertama dari wafatnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam  yang mulia dan kepergian beliau menghadap Rabbnya, di mana kabilah-kabilah Arab mulai keluar berbondong-bondong meninggalkan agama Allah setelah sebelumnya mereka masuk berbondong-bondong ke dalamnya. Mereka yang tetap teguh di atas Islam hanyalah orang-orang Mekah, Madinah, Thaif, dan beberapa kabilah yang tersebar di sana-sini dari kalangan orang-orang yang Allah teguhkan hatinya di atas Islam.
Ash-Shiddiq tetap tegak menghadapi fitnah yang merusak ini layaknya gunung yang berdiri kokoh, dia menyiapkan sebelas pasukan dari orang-orang Muhajirin dan Anshar, dia mengibarkan sebelas panji komando untuk memimpin pasukan tersebut, lalu dia mengirimkan semuanya ke segala penjuru Jazirah Arabia untuk mengembalikan orang-orang murtad ke jalan petunjuk dan kebenaran, untuk membawa orang-orang yang menyimpang dari jalan yang benar dengan tajamnya pedang.
Orang-orang murtad yang paling besar kekuatannya, paling banyak anggotanya adalah Bani Hanifah, para pengikutnya Musailamah al-Kadzdzab.
Musailamah didukung oleh empat puluh ribu orang dari kabilahnya dan para sekutunya, mereka termasuk para petarung yang tangguh.
Kebanyakan dari pengikutnya adalah orang-orang yang mengikutinya karena fanatisme kesukuan bukan karena beriman atau percaya kepadanya, sebagian dari mereka berkata, “Aku bersaksi bahwa Musailamah adalah pembual besar dan Muhammad adalah orang yang benar, namun pembual (dari kabilah) Rabi’ah[1] lebih kami cintai daripada orang yang jujur dari (kabilah) Mudhar.”[2]
Musailamah mengalahkan pasukan kaum muslimin yang keluar memerangi mereka dengan kepemimpinan Ikrimah bin Abu Jahal, Musailamah berhasil memukul mundur tentara Islam itu.
Maka ash-Shiddiq mengirim pasukan kedua dengan dipimpin oleh Khalid bin al-Walid yang beranggotakan para shahabat besar dari kalangan orang-orang Muhajirin dan Anshar, di barisan depan pasukan ini adalah al-Barra’ bin Malik al-Anshari dan beberapa pahlawan pemberani kaum muslimin.
Dua pasukan bertemu di bumi Yamamah di Nejed, perang belum berlangsung lama, tetapi sudah terlihat keunggulan pasukan Musailamah, bumi yang diinjak oleh pasukan kaum muslimin mulai bergoncang, mereka mulai melangkah mundur sehingga pasukan Musailamah mampu menerobos markas panglima Khalid bin al-Walid dan membongkar tiang-tiangnya dan hampir saja membunuh istrinya kalau tidak ada seorang muslim yang menyelamatkannya.
Pada saat itu kaum muslimin merasakan sebuah bahaya yang sangat besar, mereka menyadari bahwa jika mereka kalah di depan Musailamah niscaya Islam tidak akan pernah berdiri tegak setelah hari itu, Allah yang tiada sekutu bagi-Nya tidak akan pernah lagi disembah di bumi Jazirah Arab.
Khalid maju menghampiri pasukannya, dia mulai menata ulang, memisahkan orang-orang Muhajirin dan orang-orang Anshar, dia juga memisahkan orang-orang pedalaman dari pasukan-pasukan yang lain.
Khalid mengumpulkan anak dengan bapaknya di bawah panji salah seorang dari (suku) mereka, agar masing-masing dari mereka menunjukkan kepahlawanannya di medan perang, agar diketahui di mana titik kelemahan kaum muslimin.
Genderang perang kembali di tabuh di antara kedua kubu, yang memakan korban besar, kaum muslimin belum pernah mengenal perang sedahsyat itu dalam sejarah mereka sebelumnya, pasukan Musailamah berperang dengan teguh di medan perang layaknya gunung yang tegak menjulang tinggi, mereka tidak terpengaruh oleh banyaknya jumlah korban yang berjatuhan.
Kaum muslimin memperlihatkan kepahlawanan mereka yang sangat mengagumkan, seandainya ia disusun menjadi satu niscaya akan menjadi sebuah kisah kepahlawanan yang tergolong sangat mencengangkan.
Tsabit bin Qais, pembawa panji orang-orang Anshar, mengambil kain kafannya, membuat galian di tanah sedalam setengah betis, lalu dia masuk ke dalam, dia tetap berdiri teguh di tempatnya, berperang membela panji kaumnya sampai dia tersungkur sebagai seorang syahid.
Zahid bin al-Khatthab saudara Umar bin al-Khatthab, memanggil kaum muslimin, “Wahai pasukan Islam, gigitlah gigi geraham kalian, tebaslah musuh kalian dan majulah tanpa mengenal rasa takut. Wahai tentara Allah, demi Allah, aku tidak akan berbicara setelah kalimatku ini selama-lamanya sampai Musailamah dikalahkan atau aku mati untuk bertemu Allah, lalu aku akan menyampaikan alasanku kepada-Nya.”
Kemudian dia maju berperang melawan musuh sampai dia gugur sebagai syahid.
Salim mantan hamba sahaya Abu Hudzaifah, pembawa panji orang-orang Muhajirin. Kaumnya khawatir dia akan goyah sehingga tidak kuat memegang panji, maka mereka berakata kepadanya, “Kami takut diserang melalui dirimu.” Maka dia menjawab, “Jika kalian sampai kalah karena aku, maka aku akan seburuk-buruk penghafal Alquran.”
Kemudian dia maju untuk melawan musuh dengan gagah berani sampai dia gugur syahid.
Puncak kepahlawanan mereka semuanya tampak pada kepahlawanan al-Barra’ bin Malik.
Khalid melihat bahwa peperangan semakin sengit dan mencapai puncaknya, pada saat itu Khalid menoleh al-Barra’ dan berkata, “Majulah wahai pemuda Anshar.”
Maka al-Barra’ melihat kepada kaumnya dan berkata, “Wahai orang-orang Anshar, jangan ada salah seorang dari kalian yang berpikir untuk pulang ke Madinah, tidak ada Madinah bagi kalian setelah hari ini. Yang ada hanyalah Allah semata dan mati syahid.”
Kemudian dia melangkah maju menyerang orang-orang musyrik dan kaumnya mengikutinya, dia menerjang membelah barisan musuh, menebaskan pedangnya ke leher musuh-musuh Allah sehingga bumi yang dipijak oleh Musailamah dengan pasukannya bergoncang, maka mereka pun mundur berlindung ke dalam benteng yang kemudian dikenal setelah itu dalam sejarah dengan benteng kematian karena banyaknya korban yang terbunuh di dalamnya.
Benteng kematian ini sangat luas, dindingnya tinggi, Musailamah dengan ribuan pendukungnya masuk dan mengunci pintu benteng dari dalam, mereka melindungi diri mereka dengan ketinggian bentengnya, selanjutnya mereka menghujani kaum muslimin dengan anak panah dari dalam benteng, maka anak panah turun kepada kaum muslimin layaknya hujan yang turun dari langit.
Pada saat itulah pahlawan kaum muslimin yang pemberani al-Barra’ bin Malik melangkah ke depan, dia berkata, “Wahai kaum muslimin, letakkan aku di sebuah tameng, angkatlah tameng itu di ujung tombak, kemudian lemparkan aku ke dalam benteng dekat pintu gerbangnya, kalau aku tidak gugur maka aku akan membuka gerbangnya untuk kalian.”
Dalam sekejap al-Barra’ sudah duduk di sebuah tameng, berbadan kurus dan kerempeng, puluhan tombak mengangkatnya dan melemparkannya ke dalam benteng kematian di antara ribuan tentara Musailamah, maka al-Barra’ turun di antara mereka layaknya sebuah halilintar, al-Barra’ melawan mereka sendirian di dekat gerbang benteng, menebaskan pedangnya sehingga dia berhasil menyudahi perlawanan sepuluh orang dari mereka dan membuka benteng sekalipun dia harus menerima delapan puluh lebih luka di tubuhnya berupa tusukan anak panah atau tebasan pedang.
Maka kaum muslimin berhamburan masuk ke dalam benteng kematian, dari dinding-dindingnya dan pintu-pintunya, mereka menebaskan pedang-pedang mereka ke leher orang-orang yang murtad yang berlindung di dalam benteng, kaum muslimin bisa membunuh sekitar dua puluh ribu orang dari mereka, kaum muslimin sampai kepada Musailamah dan mengirimnya ke pintu kematian.
Al-Barra’ dibawa ke tendanya untuk diobati, Khalid bin al-Walid menyempatkan diri untuk tinggal selama satu bulan di bumi Yamamah dalam rangka mengobati luka-lukanya sehingga Allah memberinya kesembuhan dan menetapkan kemenangan bagi kaum muslimin melalui kedua tangannya.
Al-Barra’ terus mencari syahadah yang menjauhinya di perang Yamamah, dia terus menerjuni perang demi perang, dia sangat inign mewujudkan impian besarnya, rindu ingin bertemu dengan Nabi yang Mulia.
Tibalah saat penaklukan kota Tustar[3] di negari Persia. Orang-orang Persia bersembunyi di salah satu bentengnya yang sangat tinggi, maka kaum muslimin mengepung mereka dari segala penjuru seperti gelang mengelilingi pergelangan tangan, pengepungan berlangsung lama, orang-orang Persia merasakan beratnya pengepungan, maka mereka mulai mengulurkan rantai-rantai besi dari atas dinding benteng, padanya tergantung kait-kait yang telah dibakar dengan api sehingga keadaannya lebih panas daripada bara, kait-kait panas ini menyambar kaum muslimin dan menjepit mereka, yang terjepit akan terangkat ke atas, selanjutnya dia akan mati atau mendekat kematian.
Salah satu pengait besi itu menyambar Anas bin Malik sudara al-Barra’ bin Malik, al-Barra’ langsung memanjat dinding benteng, memegang rantai besi yang menyambar saudaranya, dia melawan kait dan berusaha untuk melepaskan saudaranya darinya, tangan al-Barra’ terbakar dan mengeluarkan asap, namun dia tidak memperdulikannya sehingga dia berhasil menyelamatkan saudaranya, al-Barra’ turun ke bumi setelah tangannya hanya tinggal tulang tanpa daging.
Dalam perang ini al-Barra’ bin Malik al-Anshari berdoa kepada-Nya agar melimpahkan syahadah kepadanya, maka Allah mengabulkan doanya di mana dia gugur sebagai syahid yang bangga bisa bertemu Allah.
Semoga Allah menjadikan wajah al-Barra’ bin Malik berseri-seri di dalam surga, membuatnya tenang karena bisa menyusul Nabinya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam  semoga Allah meridhainya dan menjadikannya ridha

BILAL BIN RABAH, MUADZIN PERTAMA DALAM ISLAM

Pertama kali yang terbesit di benak penulis ketika hendak mengisahkan tentang muadzin Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam, Bilal bin Rabah radhiallahu ‘anhu, adalah sejak 15 abad yang lalu Islam telah menyerukan persamaan harkat dan derajat manusia, apapun ras dan suku bangsanya, apapun warna kulitnya, dan apapun status sosialnya, yang membedakan mereka hanyalah ketakwaan kepada Allah.
Sedangkan orang-orang Barat di abad 18 (3 abad yang lalu), masih berpikir bahwa orang kulit hitam adalah hewan bukan manusia. Mereka memperlakukan orang-orang kulit hitam dengan kejam, lebih kejam dari hewan, tidak ada hak bagi orang-orang kulit hitam, membunuh dan menyiksa mereka bukanlah dosa dan dianggap perbuatan biasa. Bahkan sampai hari ini, rasisme terhadap orang-orang negroid masih bercokol di benak sebagian masyarakat Eropa dan Amerika, yang mereka tahu pisanglah makanan pokok bagi orang-orang kulit berwarna ini. Uniknya, dalam keadaan mereka yang demikian, mereka mengkritisi Islam tentang perbudakan dan persamaan harkat dan derajat manusia.
Baiklah, bercerita tentang Bilal bin Rabah, tentu yang pertama kita ingat bahwa beliau radhiallahu ‘anhuadalah seorang muadzin Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Suaranya lantang terdengar ketika waktu-waktu shalat datang, sebagai panggilan bagi orang-orang yang beriman. Dia adalah seorang laki-laki kulit hitam yang pernah mengalami kejamnya perbudakan lalu mendapatkan kebebasan serta kedudukan yang tinggi dengan datangnya Islam.
Profil Bilal
Dia adalah Bilal putra dari Rabah dan ibunya bernama Humamah, seorang laki-laki Habasyah yang lahir 3 tahun –atau kurang dari itu- setelah tahun gajah, ada juga yang mengatakan 43 tahun sebelum hijrah sebagaimana termaktub dalam Shuwar min Hayati ash-Shahabah. Kulit Bilal legam, badannya kurus tinggi dan sedikit bungkuk serta rambutnya lebat. Ia bukanlah dari kalangan bangsawan, Abu Bakar membelinya –masih dengan status budak- lalu membebaskannya.
Keislamannya
Bilal termasuk orang yang pertama memeluk Islam. Diriwayatkan, saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Bakar radhiallahu ‘anhu beruzlah di gua, lewatlah Bilal yang sedang menggembala kambing-kambing milik Abdullah bin Jad’an. Saat Rasulullah melihat Bilal yang sedang bersama kambing-kambing tersebut beliau berkata, “Wahai penggembala, apakah engkau memiliki susu?” Bilal menjawab, “Tidak ada, hanya kambing ini saja. Apabila kalian mau, kusisihkan susunya hari ini untuk kalian.” Rasulullah berkata, “Bawa kemari kambingmu itu.”
Setelah Bilal mendekat, Rasulullah berdoa dengan membawa sebuah bejana yang besar, lalu memerah susu kambing dan memenuhi bejana tersebut. Beliau meminumnya hingga kenyang. Setelah itu memerah kembali susunya hingga bejana penuh, lalu memberikannya kepada Abu Bakar hingga Abu Bakar kenyang. Kemudian memerahnya kembali sampai bejana terisi penuh dan menyerahkannya kepada Bilal. Bilal pun meminumnya hingga kenyang.
Kemudian Rasulullah bertanya kepada Bilal, “Apakah engkau telah mengenal Islam? Sesungguhnya aku adalah utusan Allah.” Bilal pun memeluk Islam berkat dakwah Rasulullah tersebut dan memerintahkan Bilal agar menyembunyikan keislamannya. Bilal pun pulang dengan kambingnya yang kantung susunya mengembung penuh. Sepulangnya dari penggembalaan Bilal menemui pemilik kambing, lalu sang pemilik mengatakan, “Engkau telah menggembalakannya dengan baik, ambillah kambing itu untukmu.”
Selama beberapa hari kemudian, Bilal tetap menemui Rasulullah untuk menyajikan susu kambing dan belajar Islam kepada beliau, sampai akhirnya orang-orang kafir Mekah mengetahui keislamannya. Mereka menyiksa Bilal dengan siksaan yang berat.
Kedudukan Bilal
Derap langkah Bilal terdengar di surga: Dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan Imam Muslim dari Abu Hurairah berkata,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ لِبِلاَلٍ عِنْدَ صَلاَةِ الْغَدَاةِ يَا بِلاَلُ حَدِّثْنِي بِأَرْجَى عَمَلٍ عَمِلْتَهُ عِنْدَكَ فِي اْلإِسْلاَمِ مَنْفَعَةً فَإِنِّي سَمِعْتُ اللَّيْلَةَ خَشْفَ نَعْلَيْكَ بَيْنَ يَدَيَّ فِي الْجَنَّةِ قَالَ بِلاَلٌ مَا عَمِلْتُ عَمَلاً فِي اْلإِسْلاَمِ أَرْجَى عِنْدِيْ مَنْفَعَةً مِنْ أَنِّي لاَ أَتَطَهَّرُ طُهُوْرًا تَامًّا فِي سَاعَةٍ مِنْ لَيْلٍ وَلاَ نَهَارٍ إِلاَّ صَلَّيْتُ بِذَلِكَ الطُّهُوْرِ مَا كَتَبَ اللَّهُ لِيْ أَنْ أُصَلِّيَ (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Rasulullah bersabda kepada Bilal setelah menunaikan shalat subuh, ‘Wahai Bilal, beritahukanlah kepadaku tentang perbuatan-perbuatanmu yang paling engkau harapkan manfaatnya dalam Islam! Karena sesungguhnya tadi malam aku mendengar suara terompahmu di depanku di surga.’ Bilal radhiyallahu ‘anhu menjawab, ‘Tidak ada satu perbuatan pun yang pernah aku lakukan, yang lebih kuharapkan manfaatnya dalam Islam dibandingkan dengan (harapanku terhadap) perbuatanku yang senantiasa melakukan shalat (sunat) yang mampu aku lakukan setiap selesai bersuci (wudhu) dengan sempurna di waktu siang ataupun malam.’ (HR. Muslim).
Orang pertama yang mengumandangkan adzan: Dari Zaid bin Arqam berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
نعم المرء بلال، هو سيد المؤذنين، ولا يتبعه إلا مؤذن، والمؤذنون أطول الناس أعناقًا يوم القيامة
“Iya, orang itu adalah Bilal, pemuka para muadzin dan tidaklah mengikutinya kecuali para muadzin. Para muadzin adalah orang-orang yang panjang lehernya di hari kiamat.”
Orang pertama yang menampakkan keislaman: Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata, “Ada tujuh orang yang pertama-tama menampakkan keislamannya: (1) Rasulullah, (2) Abu Bakar (3) Ammar dan, (4) ibunya Sumayyah, (5) Shuhaib, (6) Bilal, (7) Miqdad. Rasulullah dilindungi oleh pamannya dan Abu Bakar dilindungi oleh kaumnya. Adapun selain keduanya disiksa oleh orang-orang musyrik Quraisy, mereka dipakaikan pakaian dari besi lalu dijemur di terik matahari. Mereka semua yang disiksa akhirnya menuruti apa yang diinginkan kafir Quraisy (mengucapkan kalimat kufur walaupun keimanan tetap berada di hati mereka) kecuali Bilal, ia menundukkan dirinya di jalan Allah…”
Wafatnya Bial
Ketika ajal telah dekat, Bilal memanggil istrinya dan berkata, “Alangkah gembiranya aku, besok aku akan berjumpa dengan kekasihku, Rasulullah dan sahabatnya.”
Bilal wafat di Damaskus pada tahun 20 H. Saat itu ia berusia 60 sekian tahun.
Semoga Allah merahmati dan meridhaimu wahai muadzin Rasulullah..

KISAH KHALID AL WALID RA. - PEDANG ALLAH

KHALID AL-WALID  ra.
Pedang Allah
Perang Uhud dan Perang Muktah adalah dua keadaan yang berbeza sebagaimana berbezanya peribadi Khalid bin Al-Walid. Dalam perang Uhud, beliau adalah panglima Quraisy yang berjaya mengalahkan mujahid-mujahid Islam tetapi perang Muktah menampakkan penampilan Khalid Al-Walid yang baru….Beliau adalah hero penyelamat di saat ambang kekalahan tentera Islam, ini membuktikan bahawa beliau memang layak dikurniakan anugerah tertinggi panglima tentera iaitu anugerah 'Pedang Allah'
Semasa belum memeluk Islam, beliau adalah musuh Islam yang paling digeruni di medan perang kerana strategi perangnya yang hebat di mana umat Islam telah mendapat pengajaran yang cukup hebat ketika perang Uhud dahulu.
Khalid al-Walid telah memeluk Islam pada bulan Safar tahun 8H bersama-sama Uthman b Talhah dan Amru b Al-As. Setelah itu, beliau adalah pahlawan yang berjuang menentang orang-orang yang menentang Rasulullah SAW.
Berbicara tentang Khalid, tentunya tidak lengkap kalau tidak menceritakan tentang peristiwa dalam peperangan Muktah yang memang terkenal itu.
Dalam Perang Muktah, tentera Islam yang sedikit bilangannya telah berdepan dengan lebih kurang 200,000 orang tentera Rom. Dalam pertempuran tersebut, tentera Islam telah mendapat tentangan yang cukup dahsyat nyaris-nyaris menerima kekalahan. Bendera Islam telah dipegang oleh Zaid b Harithah yang kemudiannya gugur syahid, diambilalih pula oleh Jaafar bin Abu Thalib. Beliau turut syahid, maka bendera tadi dipegang oleh Abdullah bin Rawahah yang juga gugur sebagai syuhada'. Lantas bendera bertukartangan kepada Thabit bin Arqam dan menyerahkannya kepada Khalid al-Walid. Atas persetujuan ramai, maka Khalid al-Walidpun menjadi komandan perang dan terus mengarahkan tentera Islam berundur ke Madinah kerana sudah terlalu ramai yang syahid dan tentera yang tinggal tidak mampu untuk bertahan lagi.
Di zaman Khalifah Abu Bakar, Khalid ditugaskan untuk mengahpuskan golongan murtad. Saidina Abu Bakar telah memberi pidato semangat kepada tentera Islam yang antara lainnya berbunyi :"Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda : "Sebaik-baik hamba Allah dan saudara dalam satu suku iaitu Khalid b Al-Walid, Saifullah, yang pedangnya akan dihayunkan kepada orang-orang kafir dan munafik"
Beliau juga ditugaskan untuk membunuh Musailamah Al-Kazzab yang mengaku sebagai nabi dan mempunyai ramai pengikutnya. Dalam peperangan tersebut (Perang Yamamah), ramai tentera Islam yang terkorban. Khalid All-Walid sebagai pahlawan sejati yang pakar dalam strategi peperangan telah berjaya memberi semangat baru kepada tenteranya dengan ucapannya yang penuh karisma. Beliau berteriak kepada tenteranya : "Bergembiralah kerana kami akan melihat setiap orang akan mengalami bencana masing-masing"
Dalam Perang Yarmuk menentang tentera Rom, beliau telah berjumpa dengan panglima musuh yang bernama Mahan yang dengan angkuhnya merendah-rendahkan moral tentera Islam. Mahan telah berkata : "Aku tahu kamu semua meninggalkan tanah air kerana terpaksa dan kelaparan. Jika kamu semua setuju, aku akan   berikan setiap seorang tentera 10 dinar beserta dengan pakaian dan makanan dengan syarat mereka berangkat pulang dan tahun depan jumlah yang serupa akan dihantar ke Madinah".
Khalid b Al-Walid dengan tegasnya menjawab : "Kami tidak akan keluar dari negeri kami kerana kelaparan seperti yang engkau sangkakan. Tetapi kami ialah satu kaum yang suka minum darah dan kami tahu tidak ada darah yang lebih lazat dan nikmat seperti darah orang Romawi, sebab itulah kami ke mari"
Setelah itu, Khalid Al-Walid selaku komandan perang beerteriak dengan kuatnya sambil bertakbir "Allahu Akbar" "Marilah kita berebut-rebut mencium bau Syurga". Maka terjadilah peperangan yang amat dahsyat. Anak panah bersimpang siur dan mayat bergelimpangan.
Tiba-tiba seorang tentera Islam menghampiri Abu Ubaidah b al-Jarrah r.a.sambil berkata : "Sesungguhnya aku bercita-cita untuk mati syahid, adakah engkau mempunyai sebarang pesanan yang hendak disampaikan kepada Rasulullah SAW, kelak aku akan sampaikan kepada baginda ketika aku berjumpanya (di Syurga)"
Jawab Abu Ubaidah b al-Jarrah r.a : "Ya ! Katakan kepadanya : "Wahai Rasulullah SAW ! Sesungguhnya kami telah dapati bahawa apa yang dijanjikan oleh Tuhan Kami (Allah) adalah benar". Lalu tentera tadi bertempur dengan hebatnya dan gugur sebagai syuhada'.

Dalam suasana perang tersebut Khalid al-Walid bersemuka dengan seorang daripada panglima Romawi yang bernama George lalu terjadilah dialog antara keduanya.
George  bertanya : "Wahai   Khalid, hendaklah kamu berkata benar kerana setiap orang yang merdeka tidak akan berbohong. Apakah benar bahawa Tuhanmu telah menurunkan kepada Nabimu sebilah pedang dari langit lalu diberikan kepadamu dan kalau dihayunkan kepada seseorang pasti dia akan kalah"
Khalid b Al-Walid menjawab : "Tidak"
George bertanya lagi : "Mengapa kamu disebut Pedang Allah ?"
Khalid b Al-Walid berkata : "Bahawa Allah SWT telah mengutuskan kepada kami seorang Rasul dari bangsa kami, tetapi ada yang mempercayainya dan ada yang mendustanya. Aku sendiri termasuk dari kalangan orang yang mendustakannya tetapi Allah telah membuka hatiku kepada Islam. Lalu aku mengadap Rasulullah untuk memeluk Islam dan janji setia kepadanya. Rasulullah terus menyatakan : "Engkau adalah sebilah pedang dari pedang Allah"
George bertanya lagi : "Apa yang kamu dakwahkan kepada manusia"
Khalid b Al-Walid menjelaskan : "Supaya mereka mentauhidkan Allah dan menerima ajaran Islam"
George seterusnya berkata : "Jika seseorang memeluk Islam sekarang seperti apa yang telah berlaku kepadamu, adakah dia akan mendapat ganjaran ?"
Khalid b Al-Walid menjawab : "Ya, itulah yang lebih utama"                      
George  berkata : "Bagaimana yang terjadi kepadamu sebelum Islam ?"
Khalid b Al-Walid menjawab : "Kami hidup bersama Rasul lalu kami lihat tanda-tanda kenabian serta mukjizatnya. Kami benar-benar melihat dan mendengarnya, lalu kami memeluk Islam dengan mudah. Tetapi kamu tidak pernah melihat dan mendengarnya, kiranya kamu beriman dengan apa yang tidak kelihatan, maka ganjaranmu adalah lebih besar jika kamu beriman kepada Allah dengan jiwamu"
Akhirnya George telah mengucap syahadah di hadapan Khalid, belajar cara solat dan sempat solat dua rakaat. Kemudian beliau adalah seorang syuhada' perang Yarmuk............. !!! dan tentera Islam berjaya menumbangkan tentera Rom yang berjumlah 240,00 orang.
Ramai di kalangan tentera Islam yang syahid dan tidak kurang pula yang sakit, luka dan cedera. Mereka yang cedera parah, apabila seorang diberikan air, lantas dia berkata rakannya di sebelah lebih memerlukan. Lalu diberikan kepada rakannya, tiba-tiba orang yang kedua pun bersikap serupa, lebih mementingkan rakan yang lain..........begitulah seterusnya sehinggakan orang memberi air berpusing-pusing di antara mereka tetapi belum ada yang sudi meminumnya. Maka, kesemua mereka mati syahid di medang perang tersebut !   Ini membuktikan betapa wujudnya perasaan kasih kepada saudara seperti kasih kepada diri sendiri memang menjadi amalan mereka sebagaimana yang ditarbiahkan oleh Rasulullah SAW

Apa itu "INTIFADA"..?????

1.Pengenalan
Apakah yang dimaksudkan dengan intifada? Intifada adalah dari kalimah arab yang membawa maksud ‘kebangkitan’. Apakah hubungkait intifada dengan perjuangan rakyat Palestin dan apakah faktor utama yang menjadi penyumbang kepada berlakunya peristiwa intifada ini? Untuk pengetahuan semua, kita sebenarnya tidak boleh melupakan peranan besar yang dimainkan oleh HAMAS (Harakatul Muqawamatul Islamiyah) sebagai sayap Ikhwanul Muslimin di Palestin. Pada bab yang lalu telah diterangkan bagaimana penubuhan HAMAS serta sejarah pergerakan ini dalam membebaskan bumi Palestin yang menjadi kebanggaan umat Islam seluruh dunia malah tidak dapat tidak, kita mengatakan pertubuhan ini adalah pengerak utama kepada gerakan intifada ini.
Sebelum kajian ini pergi lebih jauh lagi, penulis ingin menarik perhatian pembaca, pandangan dan fatwa yang telah dikeluarkan oleh seorang ilmuan Islam yang tersohor di abad ini. Prof. Dr. Yusuf Al-Qardhawi, seorang ulama Timur Tengah yang kini menjadi rujukan umat Islam seluruh dunia menjelaskan bahawa kaum muslimin tidak memerangi orang-orang Israel kerana mereka adalah penganut agama Yahudi. Tetapi peperangan atau pun intifada ini berlaku adalah kerana mereka merompak tanah air bangsa Palestin, mereka menumpahkan darah kaum muslimin dan menodai kesucian masjid serta gereja yang menjadi tempat suci umat Islam dan Kristian.[1] Malah dalam wawancara beliau dengan stesyen TV Al Jazeera (2/6/2002) dalam program Syariat wal Hayat, Qardhawi menegaskan “Kami tidak memerangi Israel kerana mereka Yahudi, tetapi kerana mereka merampas tanah kami, membunuh kami, dan mengotori tenmpat suci kami.”[2]
2.Intifada peringkat pertama


images2.jpg
Secara keseluruhannya intifada yang berlaku di bumi Palestin ini boleh dibahagikan kepada dua peringkat. Peringkat pertama intifada berlaku hanya menggunakan lontaran batu dan lastik dalam memerangi Yahudi yang menzalimi rakyat Palestin.
Malah pembaca semua harus melihat mengapa berlakunya intifada ini disaat pergolakan di Timur tengah menjadi tumpuan dan perhatian daripada seluruh negara di dunia. Peristiwa bersejarah ini berlaku pada 9/12/1987, tercetusnya kebangkitan (Intifada) ini ialah tindakan sebuah lori besar milik Yahudi yang sengaja melanggar dua buah lori kecil milik umat Islam menyebabkan 4 orang terbunuh dan 9 lain tercedera.[3] Maka bermulalah intifada dan penentangan terbuka rakyat Palestin dengan melontar batu ke arah musuh. Mereka gagal mendapatkan senjata api kerana sempanan negara ditutup dan dikawal ketat oleh pihak Israel dan negara-negara Arab yang bersempadan. Semenjak peristiwa pertawa intifada ini, Yahudi terus menerus menekan dan menzalimi rakyat Palestin. Antaranya:
15/2/1988[4]
Tentera Israel menggunakan buldozer (jentolak) menganmbus 4 orang pejuang Islam yang masih hidup kedalam tanah. Namun selepas itu, dengan kuasa Allah, mereka berjaya keluar dengan selamat.
8/101990
Pembunuhan di Masjid Al-Aqsa. Ia berpunca daripada perbalahan umat Islam dengan pelampau Yahudi yang cuba meletakkan batu asas ketiga pembinaan biara Haikal Sulaiman di halaman Masjid Al-Aqsa. Menurut perancangan Zionis, Haikal Sulaiman yang mereka impikan itu ialah sebuah biara (kuil) bagi orang Yahudi yang akan dibina selepas berjaya meruntuhkan Masjid Al-Aqsa suatu masa kelak. Selepas perbalahan di antara umat Islam dengan pelampau Yahudi itu, tentera Israel yang lengkap bersenjata datang ke Masjid Al-Aqsa dan melepaskan tembakan rambang ke arah umat Islam yang sedang menunaikan solat. 21 orang telah syahid, 150 orang cedera dan hampir 300 orang telah ditangkap.
Apakah yang boleh diharapkan lagi, apabila rakyat Palestin dibunuh setiap hari. Perjanjian damai yang dilakukan antara pihak PLO dan Israel hanya sekadar untuk menyedapkan lagi keganasan yang dilakukan oleh Yahudi. Contohnya perjanjian yang telah diadakan pada pertemuan di Kaherah, Mesir bertarikh 4/5/1994. kedua-dua belah pihak telah bersetuju untuk menyerahkan pentadbiran Semenanjung Ghaza dan Jericho (Ariha) kepada PLO pimpinan Yaser Arafat[5]. Dua tempat itu saja yang dikatakan sebagai ‘Palestin’. Malah keluasannya hanya seluas separuh negeri Perlis, Malaysia. Inikah yang dikatakan keadilan. Untuk pengetahuan semua perjanjian ini telah ditaja oleh Amerika Syarikat yang sebenarnya menjadi dalang kepada setiap perkara yang berlaku di bumi Palestin. Mereka mendabik dada mengatakan mereka adalah ‘Polis Dunia’ yang menjaga keamanan dunia,tetapi dalam isu Palestin ini kita lihat bagaimana Amerika seolah-olah diperbodohkan oleh Israel.
Kita melihat bagaimana kebiadapan kaum Yahudi dengan sesuka hati mereka melakukan perkara yang bertentangan undang-undang malah melanggar norma kehidupan. Pada tarikh 25/2/1994 beberapa orang pelampau Yahudi dari perkampungan pendatang haram Karyat Arba’ diketuai oleh Barukh Gold Styne melepaskan tembakan rambang ke arah umat Islam yang sedang menunaikan solat jamaah fardhu subuh di Masjid Nabi Ibrahim di Hebron (Madinatul Khalil). Peristiwa ini berlaku pada pagi 15 Ramadhan 1414 H ketika umayt Islam menunaikan ibadat puasa. Ini telah mengakibatkan seramai 60 orang telah tebunuh syahid. Malah peristiwa ini juga telah menyebabkan HAMAS meningkatkan siri operasi syahid (amaliyyah istishadiyyah) ke atas penganas Yahudi.[6] Pelampau yahudi ini bukan saja membunuh umat Islam tetapi mereka akan membunuh sesiapa saja yang tidak sependapat atau tidak sehaluan dengan mereka, ini dapat dilihat apabila Perdana Menteri Israel, Ishak Rabin, sendiri dibunuh. Ia berpunca daripada tindakan beliau menyerahkan Semenanjung Ghaza dan Jericho kepada Palestin. Beliau telah ditembak pada 4/11/1995 dikhayalak ramai oleh seorang pelampau yahudi. Apakah yang boleh kita harapkan lagi dengan orang yahudi ini? Pembunuhan demi pembunuhan yang mereka lakukan namun masyarakat antarabangsa terus membisu.
Namun usaha pendamaian di meja rundingan semakin tertutup apabila Parti Likud yang dianggotai oleh pelampau Yahudi berjaya memenangi pilihan raya Israel pada tahun 1996. Pengambil-alihan tampuk pemerintahan ini menyebabkan usah damai terbantut. Malah pengunduran tentera Israel dari kawasan umat Islam juga tergendala. Ini kerana sepanjang pentadbiran Perrdana Menteri Benjamin Nentanyahu dan Sharon (tahun 2001) ,mereka merasakan hanya dengan kekerasan perjuangan rakyat Palestin dapat dipatahkan. Namun harus diakui walaupun nada PLO lebih lunak dalam mendapatkan kebebasan daripada pihak Israel tetapi kita tidak boleh melupakan peranan
yang telah dimainkan oleh HAMAS. HAMAS sudah lama mengistiharkan perang dan merekalah yang melakukan serangan berani mati kerana tidak lagi percaya lagi dengan proses rundingan yang ditaja oleh Amerika syarikat. Natijahnya peringkat awal intifada yang berlaku ini, rakyat Palestin hanya bersenjatakan batu dalam menentang kezaliman kaum Yahudi. Namun begitu, dibelakang mereka dalam menegakkan negara Palestin yang merdeka adalah suara umat Islam diseluruh dunia yang hanya mampu mengadakan demostrasi bagi menyatakan bantahan. Inilah yang berlaku apabila beribu-ribu umat Islam di Malaysia mengadakan demostrasi di Kelana Jaya, Dataran Merdeka, Universiti Malaya dan hadapan Pejabat Perdana Menteri kerana membantah kedatangan pasukan kriket Israel ke negara Malaysia. Tambahan pula disyaki kerajaan Malaysia mempunyai hubungan diplomatik dengan Israel. Persoalannya kini, dimanakah hilangnya sesentiviti umat Islam dalam menangani isu ini, terutamanya kerajaan yang dipimpin oleh umat Islam? Walaupun isu Palestin ini adalah melibatkan rakyat Palestin tetapi ia mesti dilihat sebagai isu umat Islam yang telah ditindas dan sebagai isu global untuk membina keamanan sejagat.
3.Intifada peringkat kedua
Harus diingat bahawa peristiwa intifada kali kedua ini adalah suatu momentum kepada kebangkitan dan serangan balas daripada umat Islam untuk melawan keganasan askar dan orang awam yang semakin menjadi-jadi, membangkitkan kemarahan umat Islam. Peristiwa kebangkitan tahun 1987 kembali berulang dan tarikh keramat ini berlaku pada 28/9/2000, umat Islam keluar beramai-ramai untuk menentang keganasan Yahudi dengan menggunakan apa saja yang pada mereka. Malah kebangkitan kali ini dilihat lebih mengancam rejim Israel kerana ia bukan saja dilancarkan oleh Kataib Al-Qassam (HAMAS) tetapi turut disertai oleh pertubuhan-pertubuhan lain seperti Kata’ib Syuhada’ Al-Aqsa (Fatah), Saraya Al-Quds (Jihad Islami), Pasukan As-Syahid Abu Ali Mustafa (As- Sya’biyyah), Pasukan Kebangkitan Kebangsaan Palestin (Ad Dimoqratiyyah) dan Saraya Al-Quds. Namun yang lebih menonjol adalah Kataa’ib Al-Qassam dan Kata’ib Syuhada’ Al-Aqsa. Apakah yang membezakan kebangkitan ini dengan tahun 1987? Intifada kedua ini tidak hanya bergantung kepada lontaran batu dan lastik tetapi banyak menggunakan serangan mortar, refel automatik AK 47 dan jerangkap samar dilakukan.
Kita tidak harus menafikan bagaimana operasi syahid (amaliyyah isttisyhadiyyah) juga meningkat dengan mendadak. Intifadah kedua ini juga telah mendapat sokongan padu dari dunia arab sendiri. Ini terbukti apabila seluruh negara arab yang mempunyai hubungan diplomatik dengan rejim Israel telah memutuskan hubungan dengan negara Israel sebelum berlangsungnya Sidang Kemuncak OIC kali ke-9 di Doha, Qatar pada tahun 2000 yang lalu.[7]
3.1Operasi ‘Amaliyyah Istisyhadiyyah’[8]
Umum mengetahui erti syahadah atau mati syahid, iaitu mereka yang terbunuh ketika menegakan Islam. Namun begitu sejak meletusnya intifada ini muncul satu istilah yang amat asing bagi sesetenggah umat Islam, iaitu ‘Amaliyyah Istisyhadiyyah’. Disini penulis ingin memberikan gambaran umum apakah penerimaan Islam terhadap konsep ini. Dari segi bahasa ‘amaliyyah beerti operasi. Manakala ‘istisyhadiyyah’ pula bererti satu operasi untuk mendapatkan mati syahid. Dari segi istilah, ‘Amaliyyah Istisyadiyyah’ membawa makna “Operasi Jihad memerangi musuh-musuh Islam dengan menggunakan satu kaedah, atau dalam keadaan yang pada adatnya, pelaksanma operasi tidak mungkin selamat. Ia dilakukan dengan niat untuk membunuh musuh-musuh Allah dan untuk mati syahid. Dalil keharusan operasi ini ialah dari sabda Nabi S.A.W yang bermaksud:
“…Demi (Allah) yang diriku berada di dalam kekuasaanNya, sesungguhnya aku sangat suka andainya aku dibunuh pada jalan Allah, kemudian aku hidup kembali, lalu aku dibunuh lagi, kemudian aku hidup kembali, lalu aku dibunuh lagi.” [9]
Mengapa perlu operasi ini? Kita harus mengetahui bahawa umat Islam di Palestin tidak mempunyai pilihan untuk mempertahankan diri malah mereka tidak mempunyai kekuatan persenjataan. Hal ini berlaku kerana sekatan yang dikenakan ke atas mereka sejak sekian lama. Hanya dengan melakukan operasi ini mereka dapat mengajar kesombongan dan kebongkakan rejim Israel. Malah satu-satunya kaedah penentang yang mampu dilakukan oleh umat Islam Palestin ialah dengan mencipta bahan letupan dan digunakan sebagai senjata untuk bertindak balas ke atas tentera dan penganas Yahudi. Mereka terpaksa masuk ketempat yang dipenuhi penganas Yahudi lantas meletupkan diri mereka. Tindakan ini pastinya akan mengancam keselamatan mereka tetapi ini sajalah yang mereka mampu lakukan. Malah ulama dan sarjana Islam seperti Dr. Muhammad az-Zuhaili, Prof Dr. Yusuf AL-Qardhawi, Syeikh Al-Azhar, Dr Ramadhan al-Buti, Dr. Fathi Yakan serta ramai lagi ulama timur tengah bersependapat mengenai operasi ini adalah harus dilaksanakannya[10]. Namun amat mengecewakan apabila ada pemimpin umat Islam pada Persidangan Sesi Khas Menteri-menteri Luar OIC (ICFM) Mengenai Keganasan di Hotel Palce of Garden Horses, Kuala Lumpur telah menyamakan opersi ini sebagai satu tindakan keganasan dan yang paling mendukacitakan, beliau telah menyamakannya dengan keganasan Serbia di Bosnia Herzegovina dan keganasan kumpulan Tamil Elam di Sri Langka.
3.2 Secebis kisah para syuhada
 images.jpgimages.jpgimages.jpgimages.jpgimages.jpg



22 Julai 2002
Ketua Umum Kata’ib Al-Qassam , Syeikh Solah Syuhadah dibunuh bersama keluarganya dan pejuang-pejuang HAMAS yang lain di Hayyud Durji, Gazza. Kesemua mangsa berjumlah 18 orang , sembilan daripadanya kanak-kanak. Pembunuhan kejam ini telah menambah kemarahan umat Islam dan kesemua kumpulan pejuang Palestin meningkatkan serangan operasi syahid.
Sebelum itu pada April 2002 dunia telah dikejutkan dengan Amaliyyah Istisyhadiyyah’yang dilakukan oleh seorang remaja wanita yang berusia 16 tahun. Mujahidah ini bernama Ayat Al-Akhras, beliau telah membawa sebuah beg yang berisi sejumlah bahan letupan menuju ke sebuah pasar raya dan meletupkan bom yang dibawanya lalu mengakibatkan 22 orang telah rebah dua orang daripada Yahudi ini telah terbunuh ditempat kejadian.
Pada 19 Ogos 2003 yang lalu seorang pejuang berani mati HAMAS telah berjaya membunuh 20 orang penumpang sebuah bas di Baitulmaqdis. Ini merupakan tindakan pertama yang dilakukan oleh HAMAS dan beberapa kumpulan pejuang Palestin selepas mereka tidak mahu terikat dengan gencatan senjata yang diisytiharkan pada 29 Jun 2003. tindakan drastik ini dibua selepas rejin Israel bertindak membunuh seorang pemimpin kanan HAMAS, Ismail Abu Shanab dan dua pengawalnya di Gaza.[11]
Ariel Sharon: Mesin Pembunuh Kebanggaan Israel
Adalah tidak lengkap sekiranya penulisan ini tidak memuatkan tentang Ariel Sharon, Perdana Menteri Israel yang telah memenagi pilihan raya Israel pada Februari 2001. kita tidak harus melupakan peranan beliau 21 tahun yang lampau iaitu pada 16/9/1982. Pembunuhan Syabra dan Syatilla!!! Ketika itu beliau menjawat jawatan Menteri Pertahanan Israel telah melakukan keganasan yang membunuh lebih 3000 orang Islam yang menghuni dua buah perkhemahan pelarian Palestin di Syabra dan Syatilla, Lubnan. Adalah amat menyedihkan magsanya adalah dari golongan wanita dan kanak-kanak[12].
Para ahli politik Israel sedar bahawa Ariel Sharon memiliki sifat kekejaman yang luar biasa. Lazimnya sifat kejam yang ada pada seorang ahli politik akan menamatkan kerjaya politik seseorang namun tidak pada seorang rakyat Yahudi kerana ia menjadi pilihan rakyat untuk memimpin negara zionis tersebut sekalipun darah ditangannya tidak pernah kering dengan darah.
Bagi masyarakat arab Sharon adalah arkitek di belakang segala tindakan ganas dalam sejarah Israel: pembunuhan,pencabulan perjanjian dan meluaskan penempatan haram Yahudi di semenanjung Gaza dan Tebing Barat. Masyarakat Palestin misalnya memberi gelaran kepada Ariel Sharon: Mesin Pembunuh[13]
Sebenarnya kita tidak boleh mengharapkan perjanjian damai akan termetrai di bumi Palestin selagi mana Ariel Sharon menjadi Perdana Menteri Israel kerana sejarah telah membuktikan kerakusan dan kebiadapan Sharon meminum darah umat Islam Palestin. Malah Sharon telah mengishtiharkan perang terhadap apa yang didakwanya sebagai keganasan dengan menyalahkan pemimpin boneka Palestin Yasser Arafat sebagai pihak yang gagal membendung kegiatan itu. Serangan pertamanya, tentera Israel telah mengebom pejabat-pejabat Pihak Berkuasa Palestin termasuk kawasan berhampiran dengan Arafat. Dalam serangan keduanya ia hampir membunuh Arafat tetapi persoalannya kini sekiranya Arafat terbunuh adakah masalah Palestin akan selesai? Tedapat lima kumpulan politik utama di Palestin. Tiga daripadanya Fatah, Barisan Demokratik bagi Pembebasan Palestin (DFLP) dan Barisan Rakyat bagi Pembebasan Palestin (PFLP) adalah anggota PLO. Mereka semua hanya mahu menubuhkan negara sekular Palestin. Arafat hanya mampu mengawal pertubuhannya sendiri iaitu FATAH. Malah tidak keterlaluan dikatakan perjuangan mereka selari dengan matlamat rejim Israel, sepatutnya rejim ini meneruskan perundingan dengan Arafat.
Malangnya, Sharon tidak mengutamakan soal penyelesaiaan di meja rundingan secara keseluruhan tetapi lebih kepada memelihara keselamatan Israel. Sharon mesyaratkan bahawa HAMAS dan pasukan Jihad yang lain menghentikan penentangan bersenjata yang dilakukan terhadap Israel, namun itu sukar dihentikan selagi rejim Zionis berdolak dalik dan tidak ikhlas untuk memetrai serta melaksankan perjanjian damai yang mereka lakukan, terutamanya pengunduran tentera rejim Israel dari Tebing Barat[14].
Apa yang boleh penulis katakan, dimata Sharon, Israel selalu tergambar sebagai negara lemah yang dikepung ancaman. Untuk itu,mahu atau tidak, Israel perlu menjaga diri dengan cara mempunyai kelengkapan ketenteraan yang memadai. Tidak hairanlah sejak muda lagi Sharon terkenal sebagai tokoh yang tidak mengharamkan penggunaan keganasan untuk mencapai maksudnya
PERANAN BADAN ANTARABANGSA
Isu Palestin ini bukanlah merupakan isu setempat semata-mata namun ia melangkau isu antarabangsa yang harus menjadi perrhatian dan tumpuan masyarakat dunia. Kita melihat bagaimana Amerika Syarikat seolah-olah tunduk dan berada di bawah ketiak Israel dalam menangani isu ini walupun AS mendabik dada mengatakan merekalah ‘Polis Dunia’ dalam menjaga keamanan dunia. Namun AS mendiamkan diri apabila melihat keganasan Israel di bumi Palestin kerana AS adalah dibawah telunjuk Yahudi. Lihatlah bagaimana banyak perjanjian damai yang ditaja oleh AS akhirnya akan dicabuli sendiri oleh rejim Israel, yang amat menyedihkan AS hanya sekadar mengeluarkan kecaman walaupun dalam isu Iraq mereka dengan biadapnya menceroboh kedaulatan Iraq. Dimanakah sikap ingin menjaga keamanan dunia yang selalu AS laung-laungkan? Berlakunya ‘double standard’ dalam isu Palestin kerana AS kini dicengkam oleh Yahudi seperti yang dikatakan oleh Hendry Ford dalam bukunya The Protocols of Learne Elders of Zion. Hendry Ford mantan Presiden AS pada tahun 1921 menyatakan wujudnya pengaruh Zionis dalam pentadbiran AS malah kewujudan Pertubuhan Bangsa-Bangsa Bersatu (PBB) adalah satu usaha untuk mencipta tata baru dunia mengikut telunjuk dan perintah dari gerakan Yahudi antarabangsa. Jadi apakah lagi yang kita boleh harapkan dari PBB dan AS?? Bagaimanakah kita mampu mewujudkan dunia yang aman sekiranya PBB sendiri adalah boneka kepada Yahudi yang hanya menganggap selain dari kaum mereka adalah binatang?
Bagaimana dengan OIC? Apa yang mampu dilakukan oleh OIC dalam membantu perjuangan rakyat Palestin mendapatkan hak mereka untuk bernegara? Namun apa yang kita perhatikan dari dulu hingga kini tiada tindakan drastik yang mampu OIC lakukan dalam menangani masalah ini. Cuma mereka mampu bertempik dan mengecam kejahatan dan kezaliman Yahudi terhadap rakyat Palestin.Tindakan yang paling baik pun mereka hanya sekadar bermesyuarat dan mengeluarkan kata putus mengecam. Hanya yang boleh dilakukan hanyalah kata-kata kecaman. Penulis berpendapat selayaknya kata-kata kecaman patut dikeluarkan oleh rakyat biasa bukannya bagi sebuah kerajaan yang mempunyai kekuatan ketenteraan dan kekuatan ekonomi yang boleh menekan kebiadapan Yahudi. Seharusnya OIC yang mempunyai keanggotaan 56 buah negara Islam di seluruh dunia memainkan peranan yang lebih efektif dalam mernjuarai isu ini agar dapat mewujudkan sebuah negara Palestin yang merrdeka.
Cuma yang amat mendukacitakan kita terutamanya negara-negara Arab di Timur Tengah ini sebenarnya mempunyai kepentingan peribadi, ini dapat dilihat apabila mereka menjalin hubungan diplomatik dengan rejim Israel, contohnya negara Qatar, Mesir, Oman, Tunisia dan Maghribi. Mereka memutuskan hubungan dengan rejim ini pun hanya sebelum berlangsungnya Sidang OIC di Qatar pada tahun 2000. Penulis amat mengharapkan agar segala bentuk hubungan sama ada dalam bentuk politik atau pun ekonomi harus di tamatkan serta merta bagi menunjukkan komitmen dan iltizam OIC membantu perjuangan suci rakyat Palestin. Antara satu cara yang paling berkesan untuk mengajar kebiadapan rejim Israel ini adalah dengan menghantar pasukan pengaman di bawah bendera OIC ke Palestin. Tetapi sanggupkah OIC melakukannya? Mustahil untuk dilakukan sekiranya pemimpin negara-negara umat Islam ini masih lagi dipimpin oleh pemimpin sekular yang ada kepentingan peribadi. Namun penulis yakin dan menaruh harapan yang tinggi agar OIC akan memjadi perintis untuk menghantar tentera pengaman ke Palestin bagi mengembalikan Palestin ke tangan umat Islam